Jakarta, NU Online
Ikatan
Alumni Suriah (Syam) Indonesia (Al-Syami) mengungkap 10 fakta tentang
Suriah yang selalu ditutup-tutupi oleh media-media takfiri di tanah air.
Sekretaris Al-Syami Muhammad Najih Arromadloni menjelaskan bahwa
pihaknya mempunyai tanggung jawab untuk meluruskan kebohongan-kebohongan
publik dan data-data manipulatif yang diakibatkan oleh fabrikasi
media-media tersebut.
“Seperti pada Rabu, 11
Mei 2016 kemarin, Al-Syami juga menjelaskan fakta-fakta tersebut dalam
diskusi publik di Fakultas Hukum UGM,” jelas Najih kepada NU Online, Sabtu (14/5).
Berikut 10 fakta tentang Suriah yang berhasil diungkap oleh Al-Syami, yang merujuk pada salah satu tulisan di Kompasiana:
1.
Pemerintah Suriah tidak pernah membantai Sunni. Hasil pemilu presiden
Suriah yang diawasi lembaga-lembaga independen Juni 2014 kemarin, Assad
terpilih kembali dengan perolehan 88.7 persen suara rakyat. Sedangkan
kaum Sunni itu mayoritas (74 persen) di Suriah. Itu artinya mayoritas
mutlak rakyat Suriah yang Sunni dan apapun latarnya masih mencintai
Assad. Itu yang selalu ditutupi media-media Takfiri. Jika Assad adalah
pembantai Sunni, mungkinkah mayoritas rakyatnya yang Sunni tersebut
memilih dia?
2. Satu lagi propaganda murahan
yang menyebut Rezim Suriah adalah Rezim Syi'ah. Faktanya, Mayoritas
kabinet pemerintahan di Suriah diisi oleh orang-orang Sunni.
Jabatan-jabatan penting seperti Wakil Presiden, Wakil Presiden 1,
Perdana Menteri, Deputi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, Menteri
Informasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dll diisi
orang-orang Sunni. Grand Mufti resmi Suriah Syekh Ahmad Badruddin Hassun
pun seorang ulama besar Sunni. Bahkan istri Bashar yaitu Asma al Assad
adalah seorang Muslimah Sunni dari Homs. Ini semua adalah fakta-fakta
yang selalu ditutupi media-media radikal tanah air.
3.
Dan (lagi) fakta yang selalu ditutupi mereka, para pemberontak di
Suriah mayoritas bukanlah rakyat Suriah, tapi para militan takfiri asing
yang datang dari 83 negara (termasuk Indonesia), korban cuci otak
sektarian yang rame-rame menginvasi Suriah dengan kedok "jihad". Bahkan
situs SOHR (Syrian Observatory for Human Rights)
yang berafiliasi dengan oposisi pun mengakui > 70 persen militan
yang memberontak di Suriah adalah para militan asing/jihadis impor
(bukan rakyat Suriah).
4. Fitnah-fitnah Assad
membantai Sunni baru ditebar 5 tahun terakhir, tepatnya sejak invasi
puluhan ribu militan takfiri asing ke Suriah. Faktanya, sebelum itu
tidak pernah terdengar isu-isu tersebut. Bashar al Assad sudah berkuasa
sejak tahun 2000 dan sampai hari ini Sunni masih mayoritas di Suriah (74
persen). Kalau benar Assad membantai dan menggenosida kaum Sunni
Suriah, seharusnya sudah habis semua Sunni di Suriah, wong dia sudah
berkuasa 16 tahun. Kenyataannya sampai hari ini Sunni masih mayoritas di
Suriah. Apa masih percaya dengan isu murahan tersebut?
5.
Pada 2009, Qatar mengajukan proposal agar Assad melegalkan jalur pipa
gas alamnya melintasi Suriah dan Turki untuk menuju Eropa. Bashar al
Assad menolak proposal ini dan pada 2011 ia justru menjalin kerjasama
dengan Iraq dan Iran untuk membangun jalur pipa ke Timur. Qatar, Saudi
dan Turki adalah pihak yang paling sakit hati dan dirugikan oleh
keputusan ini. Khayalan mereka untuk mendapat pemasukan Milyaran dollar
dari ekspor Migas buyar seketika. Apa kalian terkejut jika hari ini
Saudi, Qatar dan Turki menjadi negara-negara yang paling getol
mensponsori dan mempersenjatai para teroris yang hendak menggulingkan
Assad?
Kenapa USA dan NATO juga sangat
berambisi menggulingkan Assad? Karena mereka dan ketiga negara tersebut
adalah sekutu dan mitra bisnis utama. Keputusan Assad akan menguatkan
posisi Iran secara ekonomi maupun politis dalam pasar tambang Migas di
Timur Tengah dan mengecilkan pengaruh USA dan sekutunya. Apa USA rela?
6.
Sejak perang Arab-Israel pada 1948 hingga perang edisi ketiga pada
1967, Suriah tidak pernah absen dalam mengirim pasukan militernya
melawan Zionis. Suriah bersama Mesir, Iraq dan Jordan saat itu (1967)
mengirim 547.000 pasukan melawan Zionis di Sinai dan Golan. Bahkan
ketika negara-negara Arab tersebut sudah berdamai dengan Israel, Suriah
adalah satu-satunya Rezim Arab yang hingga hari ini tidak bersedia
menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Hingga perang Suriah dan
Israel terus berlanjut pada Yom Kippur 1973 atas pendudukan Israel di
Golan. Hingga hari ini PBB harus menurunkan pasukan perdamaiannya di
Golan dan menetapkan sebagian wilayah tersebut sebagai zona netral.
7.
Suriah hingga hari ini adalah penampung terbesar pengungsi Palestina di
Timur Tengah. Jutaan pengungsi Palestina telah diterima dengan tangan
terbuka oleh Pemerintah Suriah sejak 1948 di kamp-kamp pengungsi
Yarmouk, Neirab, Handarat, Aleppo dll. Mereka diberi fasilitas Sekolah,
Rumah Sakit dll layaknya warga sendiri. Bahkan Assad pun dijuluki
sebagai Bapak Pengungsi Palestina. Mereka beranak pinak di Suriah hingga
hari ini. Dan tidak mengejutkan jika para pejuang Palestina dari
PFLP-GC di Yarmouk (cabang PFLP yang bermarkas di Gaza) dan Brigade
al-Quds (sayap militer Jihad Islam Palestina di Gaza) sejak awal konflik
mengabdi pada Suriah dan bergabung dengan Tentara Arab Suriah melawan
para teroris.
8. Sebuah strategi militer baru
telah dimulai di Suriah. Hal ini merubah Suriah selama 15 tahun terakhir
kepada sebuah kekuatan militer yang nyata yang lagi-lagi akan mengancam
Israel, khususnya pada tingkat pengembangan roket dan persenjataan
militer yang lain. Israel melihat ini sebagai ancaman besar. Roket-roket
Khaibar M-302 buatan Suriah telah membantu Hizbullah dalam perang 2006
melawan Israel di Lebanon Selatan untuk menghujani Haifa dan kota-kota
lain di Israel. Bahkan roket-roket yang sama juga telah digunakan para
pejuang Muqawwamah Palestina seperti Hamas, Jihad Islam dan PFLP di Gaza
yang membuat pertama kalinya dalam sejarah 1,5 juta Zionis masuk ke
dalam bunker perlindungan bom. Suriah bukan hanya gerbang atau jembatan
transportasi dan komunikasi antara pejuang Muqawwamah dan Iran, tapi
Suriah adalah adalah pendukung nyata pejuang-pejuang resistensi di
Lebanon dan Palestina. Suriah adalah bagian vital dalam perjuangan
melawan Zionis.
9. Setelah Hamas diusir dari
Jordania pada 1999, di saat negara-negara arab mengucilkan dan
mengabaikan Hamas. Suriah membuka tangannya dan menyediakan ibukota
negaranya untuk menjadi markas Hamas. Bashar al Assad membangunkan
kantor pusat Hamas di Damaskus pada 2001, melalui markas ini Suriah
rutin berkoordinasi menjalin cara menyuplai persenjataan kepada
kelompok-kelompok Muqawwamah di Gaza, tidak hanya Hamas. Sebutkan jika
Saudi, Turki, dan Qatar pernah menyuplai senjata atau sebutir saja
peluru untuk pejuang Palestina?
10. Mundur ke
belakang bicara Libya. Di Libya bahkan tidak ada yang namanya Syi'ah,
tapi nyatanya terjadi perang selama 4 tahun di sana. Para pemberontak
takfiri bekerja sama dengan NATO dan USA akhirnya berhasil membunuh
pemimpin Sunni Muammar Qaddafi secara keji. Masih ingat saat itu
media-media radikal di Indonesia menggelari Qaddafi sebagai Toghut,
Fir'aun, dan julukan-julukan keji lain dalam rangka perjuangan mereka
demi menegakkan Khilafah. Khilafah apa yang sudah tegak? Belajarlah dari
pola permainan ini.
Namun demikian, Al-Syami
juga memberikan catatan soal tindakan kekerasan Assad terhadap para
penentangnya. Al-Syami mengutuk segala bentuk tindakan rezim Assad yang
mencederai nilai kemanusiaan, termasuk langkah Assad yang memperlakukan
demonstran secara represif dan tanpa pandang bulu.
Terkait dengan penyelenggaraan International
Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) yang digelar NU pada
9-11 Mei 2016 lalu di Jakarta, Al-Syami yang masih diketuai oleh Ahmad
Fathir Hambali ini menaruh harapan besar terkait forum internasional
itu.
“Melalui Isomil, kami berharap ada
penyamaan persepsi antara para pemimpin ulama moderat di seluruh dunia
yang selalu mengedepankan sikap tawazun di tengah krisis tabayun yang
menimpa masyarakat dunia Islam saat ini,” ujar Najih menandaskan. (Fathoni)
0 Comments