Di tengah perubahan dan
tantangan kemajuan teknologi informasi, GP Ansor sebagai organisasi masa
depan NU sekaligus NU masa depan, dituntut terus melakukan upaya untuk
meningkatkan kemandirian organisasi sebagai visi besar. Berikut
wawancara NU Online dengan Ketua Umum PP GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Tutut) di Rembang, Jawa Tengah.
Kenapa harus masuk Ansor, terutama Gus Tutut memilih menjadi Ketum Ansor?
Saya
ini orang NU, saya lahir dan besar dari tradisi keluarga yang alirannya
jelas, NU. Saya mengabdi di Ansor itu juga tidak lepas karena saya
ingin agar apa yang saya terima sepanjang hidup saya ini dapat saya
tularkan kepada anak cucu saya nanti. Dan juga menjaga ajaran
Ahlussunnah wal Jamaah kalau perlu sampai hari kiamat. Kalau ditanya
kenapa saya harus menjadi Ketum Ansor, karena Ansor adalah masa depan NU
dan juga NU masa depan.
Yang kedua ini masalah
pengabdian. Jadi hidup itu baru lengkap setelah kita punya pengabdian,
apalagi bicara Ansor ini pengabdiannya luas, satu pengabdian terhadap
Nahdlatul Ulama, dan yang kedua pengabdian terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jadi manusia yang tidak punya pengabdian dan tidak
memberikan pengabdian terbaik dalam hidupnya mau jadi apa?
Kenapa lebih memilih Ansor, bukan ormas Islam yang lain Gus?
Yang
pertama Ansor organisasi yang terkenal, dan merupakan satu-satunya
organisasi pemuda terbesar di dunia. Yang jumlah anggotanya mencapai
sekitar 1,7 juta orang dari sabang sampai merauke, tidak ada organisasi
pemuda di dunia yang anggotanya sebesar Ansor. Tetapi bukan itu yang
menjadi tujuan. Melainkan saya ini orang NU. Tidak mungkin saya masuk
organisasi kepemudaan atau organisasi Islam di luar NU.
Apa visi dan misi pengurus Ansor hari ini di bawah komando Gus Tutut?
Kalau
ditanya mengenai visi misi, tentu visi besar kita jelas "Kemandirian
Organisasi". Jadi periode yang lalu, periodenya sahabat Nusron Wahid itu
ada tiga "Kaderisasi, Revitalisasi nilai-nilai dan tradisi ke-NU-an,
Mendistribusikan kader sesuai dengan bidang keahliannya". Nah, itu kita
turunkan menjadi sebuah misi, yaitu kemandirian organisasi.
Kenapa
begitu, karena jika organisasi ini mandiri, maka kita tidak perlu lagi
tergantung dengan kekuatan-kekuatan diluar kita, yang sering kali
berbeda dengan visi organisasi. Bahkan kadang berbeda dengan aqidah yang
kita yakini.
Kalau bisa mandiri tentu
organisasi bisa lebih leluasa ke mana arah kita menentukan kebijakan
organisasi. Visi besarnya ya itu, kita akan tetap melakukan kaderisasi,
kita akan tetap melakukan revitalisasi nilai-nilai dan tradisi ke-NU-an,
dan terus mendistribuasikan kader sesuai dengan bidang keahliannya
sebagai gambaran utuh atas kemandirian organisasi yang sedang kita
bangun mulai dari semua tingkatan.
Melalui apa Gus, Ansor mewujudkan kemandirian organisasi?
Ikhtiar
yang kita lakukan itu banyak. Kita sedang menggarap industri komunitas
namanya. Kita persiapkan Insyaallah tahun depan sudah ramai ke semua
cabang. Indusri komunitas, misalnya Ansor Rembang. Jumlah anggota ansor
Rembang katakanlah seribu, kita akan mencoba memenuhi kebutuhan
sehari-hari contoh kecil sabun mandi yang bisa digunakan kalangan
internal kita. Kita akan memberikan fasilitas pelatihan dan peralatanya
supaya kader Ansor bisa memproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhannya.
Kalangan
internal kan tidak terbatas kepada Ansor, kalau kita kembangkan
kalangan internal bisa masuk ke pondok pesantren, kan santrinya banyak.
Selama ini mereka beli dari luar, yang kita tidak tahu produsennya
siapa, keuntungannya untuk apa, kan kita gak ngerti. Tahun depan kita
akan melakukan itu. Kalau kita bisa produksi sendiri yang paling
sederhana. Buat sendiri dan dikonsumsi sendiri kan keuntungannya bisa
kita kembangkan sendiri misalnya dikembangkan menjadi bentuk Baitul Mal
wat Tamwil (BMT).
Misalnya, ada kader Ansor
yang ingin usaha punya keinginan kuat tetapi sulit mengakses permodalan,
kan bisa dibantu melalui BMT nya Ansor. Inikan lama-lama bisa bergulir
dengan baik. Saya kira organisasi ini akan mandiri dengan cepat. Ini
kita berbicara baru satu produk saja yaitu sabun. Belum ngomong shampo,
yang gampang-gampang saja kita bikin sendiri.
Apa tidak terlalu cepat dan memberatkan Gus, Ansor berbicara produksi dan permodalan untuk kemandirian?
Tidak,
jadi kita sudah ketemu dengan salah satu vendor atau pengusaha yang
memang memproduksi dengan skala komunitas dalam skala kecil, mereka
sudah siap bekerja sama dengan Ansor. Dan kita sudah koordinasi dengan
lembaga keuangan besar yang siap menjadi bapak asuh untuk usaha
komunitas Ansor.
Kalau setiap cabang bisa
melakukan ini, mendorong kemandirian organisasi mulai tingkat cabang ini
luar biasa. Ansor kedepan itu sudah luar biasa, bukan hanya menghidupi
organisasi tetapi juga anggota dan kadernya. Misalnya begini, kalau
berbicara industri kecil dan skala komunitas, kan masing-masing anggota
di ranting bisa menjadi agen, ini kan bisa menjadi pemasukan.
Contoh
yang lain itu kita bikin aplikasi Ansor, di aplikasi Ansor ada berita
tentang kegiatan Ansor se-Indonesia, ada juga toko online jual beli yang
isinya ada pemasaran hasil-hasil produksi dari sahabat-sahabat Ansor
se-Indonesia, dan bisa juga jual beli pulsa. Jadi selama ini kita punya
asumsi, kita melihat teman-teman di daerah banyak yang memiliki usaha.
Jadi
kita melihat di Tegal itu ada teman yang membuat sarung Ansor, atau ada
yang bikin batik di Madura, tapi mereka ini kesulitan marketing di
pemasaran. Karena kesulitan di pemasaran mereka hanya memasarkan di
skala lokal, paling bisa keluar hanya sampai Pemalang, Brebes tidak bisa
ke mana-mana.
Melalui aplikasi Ansor ini, kita
fasilitasi pemasaranya bisa se-Indonesia. Kita jual beli lewat
aplikasi. Ini salah satu contoh. Saya kira namanya industri, usaha
apapun kuncinya itu kan ada dua, yang pertama di modal dan pasar. Kalau
modal kita bisa penuhi dengan cara pengumpulan di BMT, kemudian
membiayai kadernya sendiri, lalu jaringan pasarnya kita siapkan. Nah itu
luar biasa dan belum pernah dipikirkan sebelumnya.
Pilot project-nya mau dimulai dari mana Gus?
Kita
akan bikin pilot projek di enam titik, maka saya bilang ranting baru
bisa tahun depan. Pilot projek enam titik dalam waktu dekat salah
satunya di Rembang, yang sudah saya siapkan. Hasil pilot projek nanti
akan kita evaluasi kekurangannya di mana. Akan kita perbaiki sebelum
kita luncurkan secara luas. Salah satunya Rembang, Pekalongan, Batang
dan yang ketiga saya lupa. Pilot projek ini berupa pelatihan dan
peralatan.
(Ahmad Asmu'i/Fathoni)
0 Comments