Tidak
ada yang bisa penulis ucapkan setelah membaca sebuah buku karya Tuan
Guru Abdul Aziz Sukarnawadi ini selain dengan dahsyat dan luar biasa.
Kata-kata tersebut memang tidak berlebihan dilekatkan pada buku tersebut
sebab ketika membacanya dari halaman ke halaman seakan-akan kita
diperintah untuk membuang seluruh akal sehat (common sense) dengan
berbagai keistimewaan serta kalam-kalam ulama pada buku tersebut.
Kendati
Tuan Guru Abdul Aziz lahir dari kandung Nahdlatul Wathan (NW), namun
tulisan-tulisannya juga menjadi hujjah bagi kalangan Nahdliyyin (Sebutan
untuk warga NU) untuk membela amaliyahnya yang selama ini selalu
diserang dan mencoba untuk diluluhlantakkan oleh segelintir masyarakat
di luar Ahlussunnah wal Jamaah. Sambutan yang diberikan oleh KH Abdillah
As’ad, Direktur Aswaja NU Center Banyuwangi sudah memberi garansi
betapa bagus dan direkomendasikan buku tersebut.
Buku
ini mengupas tuntas tentang kemuliaan menziarahi makam-makam keramat
Kekasih Allah untuk berdoa, bertabarruk, berdzikir dan lain sebagainya
yang merupakan tradisi mulia yang sudah menjadi kebiasaan para ulama
terkemuka dari masa ke masa serta dari berbagai penjuru dunia. Dengan
tenang para ulama terpercaya itu berkeyakinan, kuburan keramat lah
jendela astral bagi umat manusia untuk menggapai dengan mudah tangan
Tuhan kapan saja mereka inginkan. Tentunya, jendela gaib itu akan
terbuka bagi para hamba yang percaya dan dengan hati yang insyaf akan
kekuasaan Allah. (hlm. 2)
Namun, pendidikan
modern saat ini merubah paradigma pemikiran kita ke arah yang sangat
progesif dengan menafikan hal-hal yang dianggap serba TBC (Tahayyul,
Bid’ah, Churafat). Dan yang cukup memprihatinkan saat ini adalah banyak
kader-kader dari Ahlussunnah wal Jamaah mulai terjangkiti dengan gaya
pendidikan saat ini. Mereka tidak akan segan mencap kufur bahkan Syirik
terhadap segala hal-hal amaliyah yang dianggap dapat merusak akal sehat.
Bahkan dengan dalil mencegah kekufuran tersebut, segelintir orang
berusaha untuk membongkar makam-makam keramat tersebut dengan Pekikan
Takbir. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka.
Sebuah
hadits riwayat at-Tirmizi disebutkan bahwa siapapun yang meninggal
dunia maka kuburnya akan menjadi taman surga atau pun liang api neraka
sebagaimana ditentukan oleh amal perbuatannya di dunia. Jikalau seperti
itu, lantas bagaimana dengan makam para Nabi dan Wali? Sudah tentu makam
mereka menjadi taman surga. Bagi orang-orang merasa, ketika mereka
menziarahi makam keramat berarti ia sejenak meninggalkan area duniawi
dan sejenak singgah di alam surga, lalu kembali ke dunia dengan membawa
nikmat raksasa dari SurgaNya. Atas dasar itulah bangunan makam nabi dan
wali kemudian dimegahkan, dikubahkan, dikelambui dan diwangikan, sebagai
bentuk penghormatan yang setinggi-tingginya kepada taman surga tersebut
beserta penghuninya.
Yang menarik dalam buku
ini ialah terdapat kalam-kalam para Ulama terkemuka yang menjelaskan
tentang kemuliaan, manfaat serta Ijabah-nya doa-doa para ulama ketika
berdoa di makam keramat tersebut. beberapa ulama yang memberikan
kesaksian tentang kuburan keramat ialah Imam Malik bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, Syekh Abdul Aziz
ad-Dabbagh, Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’roni, Syekh Muhammad Alawi
al-Maliki, Imam Ibnu Hibban, Imam Jalaluddin as-Syututi, Imam Abu Hamid
al-Ghazali serta banyak ulama lainnya yang memberi keistimewaan tentang
menziarahi makam-makam keramat. Imam as-Syafi’i contohnya dalam kitab
Tarikh Bahgdad karya al-Khatib al-Baghdadi pernah berkata “Sesungguhnya
aku bertabarruk dengan Imam Abu Hanifah (699-767 M) dan menziarahi makam
beliau setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat tertentu, maka aku
melakukan sholat dua rokaat lalu mendatangi makam beliau dan berdoa di
sana. Tidak lama kemudian hajatku terpenuhi.” (hlm. 11)
Tidak
hanya itu, dalam buku ini juga terselip titah Habib Luthfi bin Yahya
selaku pimpinan Jam’iyyah Ahl at-Thariqoh al-Mu’tabarah an-Nahdliyah
(JATMAN). Beliau berpesan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk
menziarahi makam-makam Wali untuk menarik pertolongan, petunjuk serta
perlindungan Allah SWT. Sebab dengan sering menziarahi para wali (baik
yang hidup atau pun wafat) bisa menimbulkan kecintaan serta Keridhoan
Allah sehingga rahmat, keberkahan serta ampunanNya selalu terlimpah,
jauh dari bencana, musibah, penyakit serta diberi kelancaran rezeki.
(hlm. 76)
Dari pemaparan singkat di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa merupakan tradisi yang sangat mulia untuk
senantiasa mengunjungi makam-makam keramat yang dipercaya sebagai
kekasihnya. Sebab Allah swt selalu ada serta dekat dengan para
kekasihnya, Allahpun menyuruhmu untuk menghadap kepada para kekasihnya.
maka jadikanlah kekasihnya sebagai wasilah-mu terhadap Allah SWT.
Data Buku
Judul : Ayat-Ayat Makam Keramat; Menggapai Tangan Tuhan Lewat Kuburan
Penulis : H. Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc, M.A.
Penerbit : CV Aswaja Pressindo
Terbitan : Maret, 2016
Tebal : x + 102 halaman; 12 x 19 cm
Peresensi : Mukhammad Ichwanul Arifin, Mahasiswa UIN Sunan Ampel dan Pengurus IPNU Surabaya.
0 Comments